Singkawang, MC – Setiap manusia sejatinya dilahirkan berbeda-beda dan tidak ada yang sempurna, maka dari itu tidaklah sepatutnya menjadikan ketidaksempurnaan atau perbedaan seseorang menjadi suatu bahan ejekan.
Hal tersebut disampaikan Penjabat Sekretaris Daerah Kota Singkawang Aulia Candra pada sosialisasi Anti Perundungan dan Kekerasan tingkat Sekolah Dasar di SDN 23 Singkawang, Jumat (8/9/2023).
Sosialisasi ini diikuti dengan sukacita oleh seluruh siswa/siswi SDN 23 Singkawang dan dihadiri oleh Penyuluh Sosial Madya Komnas HAM RI, Roni Dian Doni.
Pj Sekda mengatakan perbedaan harus dimaknai sebagai sebuah keindahan. Agar anak-anak lebih memahami, Aulia Candra menggunakan pelangi sebagai contoh pemaknaan indahnya keberagaman.
“Ada yang tahu pelangi, pelangi warnanya banyak kan, beda-beda kan. Pelangi tidak akan cantik jika hanya biru atau hitam saja, maka dari itu lihatlah keberagaman itu sebagai sesuatu yang menyenangkan. Kita boleh beda, tetapi jadikan pembeda tersebut sebagai kesatuan.” ucap Aulia Candra.
Selain dari itu, Aulia Candra juga memberikan pesan kepada seluruh siswa/siswi agar dalam bergurau dilakukan sewajarnya dan tidak berlebihan. Sehingga tidak menimbulkan perkelahian terlebih lagi sampai melukai satu sama lain.
“Untuk anak-anak semua, bergurau boleh tapi jangan sampai berlebihan ya yang sewajarnya saja. Apalagi jika bergurau menarik kursi dan teman terjatuh, Ini dapat berakibat fatal. Beberapa kejadian siswa mengalami kelumpuhan karena bergurau demikian.” pesannya.
Terakhir, Aulia Candra mengingatkan tentang poin ketujuh dari gerakan anti perundungan dan kekerasan, yaitu bermain media sosial. Anak-anak diperkenankan mengikuti perkembangan zaman. Namun, dengan catatan tidak menjadi pelaku penyebar berita kebohongan dan bermain media sosial dalam batas waktu wajar. Bagaimanapun, tugas utama mereka sekarang adalah fokus belajar.
Pada kesempatan yang sama, perwakilan Komnas HAM RI Penyuluh Sosial Madya Roni Dian Doni mengatakan Sosialisasi ini dilakukan sebagai upaya membentuk dan mengarahkan murid-murid agar tidak melakukan pembulian.
Roni menjelaskan, menerapkan perilaku anti perundungan dan anti kekerasan di sekolah sesungguhnya merupakan gambaran dari pengamalan sila kedua pancasila yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab.
“Saya sangat bahagia sekali, karena saya lihat anak-anak yang bersekolah di sini berasal dari berbagai suku dan agama. Saya yakin adik-adik pasti semua tau pancasila, dan untuk kalian tidak membuli satu sama lain, tidak melakukan kekerasan. Kalian sudah menerapkan nilai sila kedua pancasila.” tuturnya.
Di akhir kegiatan, murid-murid SDN 23 Singkawang bersama Pj Sekda Kota Singkawang menempelkan tangan yang telah diberi warna pada spanduk deklarasi untuk mempertegas komitmen gerakan anti perundungan dan kekerasan di lingkup sekolah dasar.
Bid. IKP