Singkawang, MC – Wali Kota Singkawang menghadiri pembukaan pameran galeri foto dan buku berjudul Memoar Orang-orang Singkawang yang digelar di Bangunan Cagar Budaya Marga Tjia, Jumat (25/3/2022). Kegiatan pameran foto dan buku ini berlangsung selama 17 hari mulai tanggal 25 Maret hingga 10 April 2022.

Dalam sambutannya, Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie menyambut baik pameran galeri foto dan buku Memoar Orang-Orang Singkawang ini. Ia berharap masyarakat Kota Singkawang dapat mengenal perjalanan hidup yang telah dilalui beberapa dekade terakhir melalui foto-foto dan buku Memoar Orang-Orang Singkawang.

“Dengan adanya ajang ini kita bisa menjaga, memlihara adat istiadat dan budaya serta toleransi antar etnis di Kota Singkawang. Budaya-budaya ini kita lestarikan dan pertahankan serta dikemas dengan baik sebagai daya tarik wisata,” ujarnya.

Beberapa waktu yang lalu, kegiatan serupa juga digelar di Jakarta yang dihadiri oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, Kurator Foto Oscar Motuloh, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Stepanus dan Penulis buku Memoar Orang-orang Singkawang Bina Bektiati.

Tampak, dinding-dinding pada Bangunan Cagar Budaya Marga Tjia ini dihiasi oleh foto-foto yang memiliki nilai sejarah bagi masyarakat Kota Singkawang terdahulu. Bersamaan dengan pameran, digelar pula peluncuran buku dengan tebal 448 lembar halaman berisikan foto-foto yang mewakili perjalanan hidup orang Singkawang dalam beberapa dekade terakhir.

Ia pun mendorong masyarakat Kota Singkawang, khususnya generasi penerus untuk menyempatkan diri mendatangi lokasi pameran dan mempelajari sejarah yang tertulis di buku Memoar Orang-Orang Singkawang.

“Saya mendorong agar masyarakat Kota Singkawang, khususnya generasi penerus untuk menyempatkan diri mendatangi lokasi pameran dan mempelajari sejarah yang tertulis di buku Memoar Orang-Orang Singkawang,” ujarnya.

“Jangan sampai lupa dengan budaya kita sendiri yang luar biasa dan tidak kalah dengan budaya luar negeri. Seiring perkembangan teknologi yang terjadi, jangan gampang terpengaruh dan mengadopsi budaya-budaya barat,” tambahnya.

Perlu diketahui, buku ini dibuat dalam waktu 12 tahun dengan menghadirkan keberagaman masyarakat Tionghoa, Dayak dan Melayu (TIDAYU) yang hingga kini masih terjaga toleransinya. Untuk memanjakan pembacanya, buku ini ditulis dengan tiga Bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin.

Bidang Informasi dan Komunikasi Publik