Singkawang, MC – Bersepeda atau istilah kerennya Gowes, saat ini sudah menjadi gaya hidup beberapa masyarakat di Indonesia, termasuk di Kota Singkawang. Aktivitas bersepeda bukan saja hanya sekadar olahraga, namun belakangan telah menjadi gaya hidup terutama di kalangan masyarakat perkotaan.

Dari yang hanya bersepeda di sekitar tempat tinggal, di dalam kota bahkan hingga yang menjelajah alam. Bersepeda pun kini banyak dilakoni berbagai kalangan masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua. Itu pun tidak hanya kaum pria saja, tapi kini wanita pun sudah mulai banyak yang menggemari olahraga yang satu ini.

Sekretaris Daerah Kota Singkawang, Sumastro menilai bersepeda menjadi sebuah bagian dari kenikmatan.

Ia menceritakan, dari awal mengenal sepeda dan nikmatnya bersepeda ada kaitannya dengan mengendalikan kondisi fisik yang sehat. “Yang tadinya saya asam urat, sekarang sudah baik-baik. Kolesterol saya jauh menurun. Ini menjadi bagian dari kenikmatan,” ungkap Sekda.

Sejak dirinya bertugas sebagai Kepala Dinas Perhubungan, Ia menganggarkan sepeda sebanyak 20 unit sepeda. Sepeda tersebut digunakan ASN untuk berolahraga hingga melaksanakan patroli pengawasan jalan raya.

Namun, menurut Sumastro persoalannya adalah untuk memasyarakatkan sepeda khususnya di kalangan ASN, supaya bersepeda menuju ke tempat kerja (bike to work). “Saya melihat radius antara kantor dan rumah ASN yang tersebar di dalam kota tidak seberapa jauh,” ungkapnya.

Dirinya berkeinginan memanfaatkan momentum di masa pandemi untuk mencoba memperkenalkan Bike to Work, yang pelaksanaanya diserahkan kepada OPD masing-masing,”Yang penting ada upaya kita untuk menggunakan kendaraan Non Motoris. Supaya kita segar, udara bersih, tidak polusi dan hemat energy,” ujarnya.

Ia menilai sepeda saat ini sudah menjadi gaya hidup. Yang menggunakannya pun sudah lintas generasi. Saat sekarang beragam sepeda menjadi pilihan, mulai dari harga yang mahal dan yang sederhana juga ada. “Pilihan saja, kita bersepeda bukan mengejar gengsi, akan tetapi sehatnya dapat, ada kaitannya dengan mengurangi emisi gas buang,” katanya.

Khusus ASN, kata Sekda sebagai bagian dari role mode masyarakat kenapa tidak melakukan itu sebagai keteladanan dan berpilaku hidup yang sehat terutama di masa pandemi.

“Mudah-mudahan upaya-upaya yang dilakukan kelompok masyarakat terutama penghobi sepeda menjadi bagian dari warna di Kota Singkawang.

Ia meminta supaya penegakan hukum terhadap anak-anak sekolah yang menggunakan sepeda motor tetapi tidak memiliki SIM. “Kita trertibkan melalui forum LLAJ. Kita sepakati, SMP tidak diperkenankan menggunakan motor, SMA kelas 3 bolehlah. Atau ditegaskan sepanjang tidak memiliki SIM dilarang menggunakan sepeda motor,” katanya.

Hal ini, kata Sekda dapat mendorong atmosfer orang memilih sepeda sebagai sarana transportasi yang murah, tidak polusi udara dan sehat.

“Tinggal bagaimana kedepannaya kita menata Singkawang harus punya jalur-jalur sepeda dan pengendara lain ramah terhadap pesepeda. Saya pikir Singkawang terbuka untuk hal ini,” ujarnya.

Bidang Informasi dan Komunikasi Publik