Singkawang, MC – Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, kondisi Stunting di Kota Singkawang  menunjukkan angka sebesar 23,5%.

Data ini menggambarkan bahwa masih banyak balita-balita di Kota Singkawang mengalami permasalahan kurang gizi sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan lebih rendah dari standar usianya.

Kepala Dinas Kesehatan dan KB Kota Singkawang, dr. Alexander menjelaskan berkenaan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Singkawang menghadirkan suatu aksi program Orangtua Asuh Anak Stunting Kota Singkawang dalam upaya penurunan stunting di Kota Singkawang dan mengejar taget nasional 14 % di tahun 2024.

“Aksi yang dilakukan Pemerintah Kota Singkawang dalam rangka menurunkan stunting dengan menghilangkan faktor utama penyebab terjadinya stunting. Dalam mendukung program tersebut, diperlukan sumber daya lainnya untuk memenuhi kebutuhan tambahan gizi ibu hamil, ibu menyusui dan anak baduta dan termasuk balita. Adapun pihak lain termasuk masyarakat umum dapat berperan dalam menurunkan angka stunting tersebut melalui program Orang Tua Asuh Anak Stunting Kota Singkawang.” katanya, Senin (4/9/2023) malam.

Ia menjelaskan maksud dan tujuannya adalah untuk memudahkan pemangku kepentingan untuk dapat berperan serta dalam kegiatan Program Orang Tua Asuh Anak Stunting  di Kota Singkawang diantaranya penguatan peran posyandu dalam peningkatan layanan kesehatan bagi ibu dan anak, meningkatkan jumlah kunjungan anak balita dan pemberian makanan tambahan kepada anak balita gizi kurang dan gizi buruk.

Adapun bantuan yang diberikan pada program ini dalam bentuk donasi dengan besaran Kategori I Rp300 ribu, Kategori II Rp400 ribu dan Kategori III Rp500 ribu. Bantuan donasi yang dimaksud diberikan oleh Orangtua Asuh paling sedikit selama tiga bulan.

“Bantuan disalurkan ke Posyandu se Kota Singkawang secara tunai setiap bulan. Posyandu yang menerima bantuan selanjutnya membelanjakan keperluan untuk menunjang program penurunan stunting berupa bingkisan untuk peningkatan jumlah kunjungan ke posyandu dan makanan tambahan bagi balita gizi kurang dan gizi buruk.” tutupnya.

Bid. IKP