Singkawang, MC – Pj Wali Kota Singkawang, Sumastro menjadi narasumber pada kegiatan  Intermediate Training LK II Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Tingkat Regional yang digelar di Aula Gedung Diklat BKPSDM Kota Singkawang, Senin (31/7/2023).

Kegiatan ini diinisiasi oleh HMI Cabang Singkawang dengan mengangkat tema ‘Ikhtiar HMI Dalam Mengawal Problematika Umat Sebagai Kota Tertoleran’ dengan menghadirkan peserta perwakilan dari HMI beberapa Kabupaten/Kota Se Kalimantan Barat.

“Saya merasa mendapatkan suatu kesempatan yang penting bisa hadir dan berbagi cerita, diskusi perjalanan dan pengalaman sehubungan dengan Kota Tertoleran dengan para peserta saat ini.” ujar Sumastro.

Sumastro mengatakan berkaitan dengan Kota Tertoleran sesungguhnya Kota Singkawang dimulai dari kondisi yang kurang baik dan penuh dengan masalah sosial. Serta julukan yang didapat tersebut tidak terjadi begitu saja.

“Kalau menilik dari masa lalu saat masih menjadi bagian dari Sambas hingga awal pembentukan, sesungguhnya Singkawang dimulai dari kondisi yang kurang baik dan penuh dengan masalah sosial, kerusuhan dan sebagainya. Masyarakat juga masih berkelompok-kelompok berdasarkan suku dan ras.” katanya.

Lanjutnya, adapun Kota Singkawang seiring dengan perkembangan tatanan wilayah dan pemerintahan mulai berjuang mewujudkan suatu transformasi peradaban dan memasuki era masyarakat penuh keberagaman yang harmonis.

Ia menjelaskan, walaupun tidak mudah gelar Kota Tertoleran diraih berkat kerja keras seluruh elemen masyarakat. Melalui Pemerintah Kota Singkawang yang juga selalu proaktif dalam mendorong penyelesaian masalah dengan musyawarah kekeluargaan, serta meminimalisir potensi konflik yang terjadi di masyarakat.

“Yang namanya gesekan-gesekan pasti ada saja terjadi, namun potensi konflik sesegera mungkin kita tekan. Pemerintah Kota Singkawang juga proaktif memberi ruang dialog kepada seluruh masyarakat apabila ada potensi konflik yang terjadi.” jelasnya.

Sumastro juga menyampaikan, di Kota Singkawang  terdapat 17 paguyuban etnis yang juga aktif mengadakan pagelaran seni budaya dari masing-masing etnis. Selain itu, pada tiga perayaan hari besar keagamaan Kota Singkawang selalu menghadirkan tata hias Kota yang mungkin menjadi bagian dari strategi yang mampu mengantarkan Kota Singkawang menjadi Kota Tertoleran.

“Perlu diketahui di Singkawang terdapat 17 paguyuban etnis lengkap dengan pagelaran seni budayanya masing-masing yang rutin dilakukan tiap tahun. Terus kita juga selalu menampilkan 3 etnis besar dalam karya seni baik itu tarian, kain, batik, sampai pada rias Kota di hari besar keagamaan. Mungkin itu yang jadi penilaian hingga mampu meraih gelar tersebut.” sambungnya.

Sumastro berharap melalui kegiatan ini para kader peserta pelatihan dapat memperoleh wawasan baru terkait dengan kehidupan toleransi di Kota Singkawang. Dan semoga para peserta dapat menjadi agen perubahan untuk peningkatan hidup bertoleransi di daerah masing-masing.

“Kawan-kawan yang hadir disini hendaknya menjadi agen pemersatu di era milenial ini. Sebagai anggota HMI bawa perubahan, dengan memperkuat komitmen mulai dari diri sendiri sehingga HMI dipandang menjadi organisasi yang bermanfaat di masyarakat.” harapnya.

Bid. IKP