Singkawang, MC – Satu diantara 4 Seniman Mengajar di Singkawang yaitu Mahardika Yudha dari Forum Lenteng menyuguhkan “Kinematek Singkawang” di Galeri Bermuda, Pusat Niaga NHP, Jl. Tsafioeddin, Singkawang.
“Kinematek Singkawang” merupakan hasil penelitian Mahardika Yudha tentang
perkembangan film cerita fiksi komersil produksi Kalimantan Barat rentang waktu
2010-2019. Diki panggilan akrab seniman ini, mengatakan projek penelitian
mencoba mengumpulkan, mencatat, dan melihat kembali narasi-narasi kecil di luar
narasi besar sejarah sinema Indonesia.
“Pameran arsip dan dokumentasi film Kinematek Singkawang akan mempresentasikan
bagaimana pola-pola produksi dan distribusi, hingga kultur yang terbentuk dari
perkembangan sinema di Kalimantan Barat rentang 2010-2019,” kata Diki, Senin
(2/9/2019).
Lebih lanjut Diki memaparkan, fenomena produksi film daerah yang sangat
produktif dalam hal kuantitas telah membuktikan sinema lokal dapat tumbuh dan
berkembang. Bahkan mampu membentuk kultur baru dan mendorong pertumbuhan
perekonomian di masyarakat.
“Namun sangat disayangkan jumlah produksi film yang cukup tinggi tersebut tidak
diimbangi dengan pengembangan perangkat-perangkat lainnya di dalam usaha
mengembangkan sinema di wilayah ini, seperti kritik dan pengarsipan film,”
ungkap Diki.
Sehingga untuk mengumpulkan arsip dan artefak sebagai bukti otentik diantaranya
karcis, poster, dvd, baju kaos, desain, termasuk peralatan DIY (do it
yourself), seniman asal Jakarta ini, harus berkeliling keluar masuk pertokoan
yang dulunya menjual filem-filem Singkawang. Selain itu dia juga menemui sineas
Singkawang untuk kebutuhan wawancara.
Keseluruhan data awal penelitian inilah yang nantinya akan menjadi cikal bakal
Kinematek Singkawang. Apalagi kata Diki, Singkawang ingin menjadi kota film di
Indonesia.
“Jika ingin menjadi sebuah kota filem, maka kritik dan pengarsipan film
menjadi pintu masuk menggerakkan semua ekosistem filem di Singkawang,”
tuturnya.
Selain presentasi hasil penelitian, juga diadakan program publik meliputi
diskusi serta pemutaran film Tie Pat Kai Kawin (Siloeman Babi Perang Siloeman
Monjet) yang diproduksi tahun 1935, film “Benyamin Koboi Ngungsi” dan “Bujang
Krewak”.
“Kita akan melihat korelasi film-film masa lalu dengan film di Singkawang,”
kata Diki.
Diki bersama Nursalim Yadi, Arya Duta, dan Andres James Roger, melakukan
residensi selama 45 hari di Singkawang dalam program Seniman Mengajar
2019-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mereka bertemu dengan sejumlah
komunitas dan membuat kerja-kerja kolabroasi.
MC. Kota Singkawang