Singkawang, MC – Memasuki musim kemarau, program pencegahan kebakaran hutan dan lahan menjadi perhatian Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kembali kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang begitu masif pada tahun 2015.

Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang bersama TNI-Polri dan OPD terkait mengikuti arahan Presiden Jokow Widodo melalui daring di Telematics Control Management Room kantor Wali Kota Singkawang, Senin (22/2/2021).

Menurut catatan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas hutan dan lahan mencapai 2,61 juta hektar. Dengan persentasi, 33% karhutla terjadi di lahan gambut & 67% karhutla terjadi di tanah mineral.

Cakupan kebakaran terluas terjadi di Sumatra Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Papua. Dampak dari karhutla 2015 menyebabkan iritasi dan penyakit pernapasan.

Menurut laporan dari Bank Dunia, kerugian dan kerusakan akibat karhutla dan kabut asap mencapai Rp211 trilliun. Masalah lain yang memperparah kobaran api berasal dari lambatnya penanganan dan koordinasi antar lembaga terkait.

Dalam arahannya Presiden Jokowi mengingatkan perangkat daerah, khususnya daerah Riau dan Kalimantan untuk terus memonitoring hotspot karhutla. Jokowi menerangkan melalui prediksi BMKG tentang situasi cuaca negara Indonesia di bulan Juli dan Agustus.

“Khususnya di bulan Agustus. BMKG memprediksi cuara kemarau akan membuat beberapa lahan menjadi kering. Warga negara Malaysia dan Singapura pernah mengeluhkan kabut asap yang berasal dari Indonesia ini,” kata Presiden.

“Jangan sampai hal ini terulang kembali. Kerusakan, kerugian, dan gangguan akibat karhutla tidak hanya dirasakan oleh Indonesia. Jika kebakaran kembali terjadi dan tidak tertanggulangi, maka sesuai kesepakatan, perangkat-perangkat daerah terkait akan saya copot dan gantikan,” tegasnya.

Ia menyarankan perangkat daerah agar manajemen lapangan terkonsolidasi dan terkoordinir dengan baik. Ia juga meminta untuk memanfaatkan teknologi dalam monitoring hotspot dan selalu update pantuan harian di lapangan.

Presiden Jokowi meminta pemerintah daerah untuk bekerjasama dengan tokoh agama dan masyarakat sosialisasikan pencegahan dan dampak karhutla. Baginya, dampak yang akan paling dirasa adalah dampak perekonomian dan kesehatan.

“Lakukan langkah pencegahan sejak dini agar dampak yang tidak kita inginkan terjadi kembali. Belum lagi, dunia masih dihadapkan dengan permasalahan pandemi COVID-19. Pemerintah daerah perlu bekerjasama dengan tokoh agama dan masyarakat untuk sosialisasikan pencegahan, penanganan, dan dampak karhutla,” ujarnya.

Wakil Wali Kota Singkawang, Irwan mengatakan tercatat pada tahun 2020, potensi rawan karhutla kota Singkawang sebanyak 26 titik kebakaran. Titik kebakaran tersebut terbagi ke dalam lima wilayah di kota Singkawang. Singkawang Utara sebanyak 11 titik kebakaran. Singkawang Selatan sebanyak 8 titik kebakaran. Singkawang Tengah sebanyak 4 titik kebakaran. Singkawang Timur sebanyak 3 titik kebakaran. Singkawang Barat sebanyak 1 titik kebakaran.

Terpantau tanggal 21 Februari 2021, ada beberapa titik kebakaran masuk dalam fase zona kuning. Menurut laporan, 2 titik merah berpotensi karhutla berada di Pontianak. Untuk itu, berdasarkan laporan yang diterima Irwan meminta agar setiap titik dipantau menggunakan drone.

“Pantau terus titik kuning. Jangan sampai statusnya berubah menjadi titik merah yang berpotensi karhutla. Belum lagi jika ada satu titik merah yang berdekatan dengan titik kuning. Maka semakin rawan potensi perubahan status daerah dengan titik kuning menjadi titik merah,” ujarnya.

Kemudian, kata Irwan di setiap titik perlu dibangun posko untuk memantau status harian, kegiatan, dan lokasi. “Selain dipergunakan untuk memantau, posko-posko ini juga dimanfaatkan untuk pusat bantuan warga sekitar yang terdampak karhutla,” ujarnya. *MC/td